Welcome to IISA - Assessment, Consultancy & Research Centre

  • (021) 537 3482 (BSD Tangerang) * WA BSD Tangerang: 0813 1888 2382

  • (021) 537 3482 (BSD Tangerang) * WA BSD Tangerang: 0813 1888 2382

Usia Ideal Memulai Pendidikan Formal

Usia Ideal Memulai Pendidikan Formal

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021, khususnya Pasal 4 ayat 3 dan 4, menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Kebijakan ini mengatur bahwa calon siswa yang mau masuk sekolah dalam kondisi baru berusia 5 tahun 6 bulan harus memiliki kecerdasan istimewa dan kesiapan psikis yang dibuktikan oleh psikolog profesional atau dewan guru sekolah. Ketentuan ini dapat menyebabkan sejumlah calon siswa harus menunggu hingga usia lebih dari 7 tahun untuk memulai pendidikan formal jika gagal memenuhi kriteria tersebut.

Usia

Menurut David Elkind, profesor psikologi perkembangan anak dari Universitas Tufts, usia 6 tahun merupakan waktu yang tepat bagi anak-anak untuk memulai pendidikan formal (Elkind, 2001). Pada usia ini, anak-anak telah mencapai kematangan fisik, kognitif, dan sosio-emosional yang diperlukan untuk mengikuti pembelajaran di sekolah. Memaksakan anak untuk menunggu lebih lama dapat berdampak negatif pada perkembangan mereka, baik secara akademik maupun psikologis (Gredler, 2009).

Namun Jean Piaget mengemukakan, perkembangan kognitif anak terjadi melalui tahap-tahap yang masing-masing memiliki ciri khas. Anak-anak usia 5 hingga 7 tahun berada dalam tahap pra-operasional, di mana mereka mulai mengembangkan kemampuan berpikir simbolis tetapi belum sepenuhnya mampu berpikir secara logis (Piaget, 1970). Dengan demikian, usia sekitar 6 tahun dianggap ideal untuk memulai pendidikan formal karena banyak anak sudah memiliki dasar-dasar kemampuan kognitif dan psikis yang diperlukan.

Betapa pun, setiap anak memiliki ritme perkembangan yang berbeda. Beberapa anak mungkin menunjukkan kecerdasan istimewa di usia lebih dini. Gardner (1983) dengan teori Multiple Intelligences menunjukkan bahwa kecerdasan bukan hanya satu dimensi. Kecerdasan linguistik, logika-matematika, dan lainnya dapat berkembang berbeda-beda tiap individu. Oleh karena itu, asesmen kecerdasan istimewa harus mencakup berbagai aspek kecerdasan dan dilakukan oleh profesional yang berkompeten.

Pakar psikologi seperti Lev Vygotsky menekankan pentingnya kesiapan psikis yang melibatkan zona perkembangan proksimal (ZPD). Anak-anak yang lebih muda dapat mencapai lebih banyak dengan bantuan orang dewasa atau teman sebaya (Vygotsky, 1978). Oleh karena itu, asesmen kesiapan psikis tidak boleh diabaikan dan harus mempertimbangkan dukungan lingkungan belajar yang ada.

Kecerdasan Istimewa?

Apa saja kriteria kecerdasan istimewa dan kesiapan psikis yang digunakan dalam peraturan ini? Asesmen kecerdasan anak melibatkan berbagai aspek, seperti kecerdasan linguistik, logika-matematika, visual-spasial, kinestetik-psikomotorik, interpersonal, intrapersonal, dan lain-lain (Gardner, 2011). Sementara itu, kesiapan psikis mencakup faktor-faktor seperti kemampuan emosional, sosial, dan perkembangan motorik (Piaget, 1972). Penggunaan kriteria ini harus dilakukan dengan hati-hati dan berdasarkan panduan ilmiah yang jelas.

Terdapat kekhawatiran bahwa kebijakan ini dapat menimbulkan peluang untuk komersialisasi jasa asesmen atau kolusi antara guru dan orang tua. Hal ini dapat dicegah jika kriteria kecerdasan istimewa dan kesiapan psikis didefinisikan dengan baik atau jika proses asesmen diawasi secara ketat (Koretz, 2017). Diperlukan mekanisme pengawasan yang kuat dan transparan untuk memastikan bahwa kebijakan ini diterapkan secara adil dan tidak disalahgunakan. Karenanya, penting untuk memastikan bahwa asesmen dilakukan oleh profesional yang terakreditasi dan setara secara kualitas. Pemerintah dan lembaga pendidikan perlu menerapkan pengawasan ketat serta standar etika untuk menghindari manipulasi atau konspirasi antara guru dan orang tua.

Selain itu, perlu dilakukan sosialisasi yang komprehensif kepada masyarakat, terutama kepada para orang tua, agar mereka memahami tujuan dan implementasi dari peraturan ini. Orang tua harus mendapatkan informasi yang jelas tentang kriteria penilaian, proses asesmen, dan konsekuensi yang mungkin timbul jika anak tidak memenuhi persyaratan (NAEYC, 2009).

Konklusi

Pada akhirnya, kebijakan ini harus diimplementasikan dengan bijaksana dan berdasarkan bukti ilmiah yang kuat. Keseimbangan antara fleksibilitas dan standar yang jelas harus dicapai agar dapat memberikan kesempatan yang adil bagi semua anak, sekaligus memastikan kualitas pendidikan yang baik. Meskipun usia menjadi salah satu parameter, asesmen komprehensif tentang kecerdasan istimewa dan kesiapan psikis sangat diperlukan.

Usia 5 tahun 6 bulan mungkin terlalu awal untuk sebagian besar anak, tetapi dengan bukti yang tepat, beberapa anak bisa memulai pendidikan formal pada usia tersebut. Kebijakan ini harus diimplementasikan dengan pengawasan yang ketat untuk menghindari penyalahgunaan dan memastikan setiap anak mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya.

Daftar Referensi:

Elkind, D. (2001). The hurried child: Growing up too fast too soon. Cambridge, MA: Perseus Publishing.

Gardner, H. (1983). Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. New York: Basic Books.

Gardner, H. (2011). Frames of mind: The Theory of Multiple Intelligences. New York, NY: Basic Books.

Gredler, M. E. (2009). Learning and instruction: Theory into practice. Upper Saddle River, NJ: Pearson.

Koretz, D. (2017). The testing charade: Pretending to make schools better. Chicago, IL: University of Chicago Press.

NAEYC. (2009). Developmentally appropriate practice in early childhood programs serving children from birth through age 8. Washington, DC: National Association for the Education of Young Children.

Piaget, J. (1970). Science of Education and the Psychology of the Child. New York: Orion Press.

Piaget, J. (1972). The psychology of the child. New York, NY: Basic Books.

Vygotsky, L. S. (1978). Mind in Society: The Development of Higher Psychological Processes. Cambridge, MA: Harvard University Press.

Artikel ini pertama kali dipublikasikan di laman situs soalsial.

Tentang Penulis: Edy Suhardono adalah Pendiri IISA VISI WASKITA dan IISA Assessment, Consultancy & Research Centre. Ia juga penggagas SoalSial. Ikuti ia di Facebook IISA dan Twitter IISA.

 

 

 

ABOUT THE AUTHOR

  • Edy Suhardono
    Edy Suhardono 2024-07-16 12:01:26

    Edy Suhardono is founder of IISA VISI WASKITA and IISA Assessment, Consultancy & Research Centre. He create SoalSial. Follow him on Facebook IISA and Twitter IISA.

Share

© 2017 IISA VISI WASKITA | Multiple Intelligences Consultant | Developed by Jasa Pembuatan Website.